Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit progesif yang ditandai oleh kematian luas neuron-neuron otak terutama didaerah otak yang disebut nukleus basalis. Saraf-saraf dari daerah ini biasanya berproyeksi melalui kemusfer serebrum ke daerah-daerah otak yang bertanggung jawab untuk ingatan dan pengenalan. Saraf-saraf ini mengeluarkan asetikolin, yang penting peranannya dalam membentuk ingatan jangka pendek di tingkat biokimiawi.
Penyakit Alzheimer biasanya timbul pada usia setelah 65 tahun dan menimbulkan demensia senilis. Namun penyakit ini dapat muncul lebih dini dan menyebabkan demensia prasenilis. Tampaknya terdapat predisposisi genetik untuk penyakit ini, terutama pada penyakit awitan dini. Pada 1% sampai 10% kasus, biasanya diderita 0 % bayi, angka prevalensi berhubungan erat dengan usia. Bagi individu diatas 65 tahun penderita dapat mencapai 10%, sedang usia 85 tahun angka ini meningkat mencapai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi lansia, maka penyakit Alzheimer menjadi penyakit yang bertambah banyak.
Sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya penyakit ini, tetapi ada 3 teori utama mengenai penyebabnya : virus lambat, proses otoimun, dan keracunan aluminium. Akhir-akhir ini teori yang paling populer (meskipun belum terbukti) adalah yang berkaitan dengan virus lambat. Virus-virus ini mempunya masa intubasi 2 – 30 tahun; sehingga transmisinya sulit dibuktikan. Teori otoimun berdasarkan pada adanya peningkatan kadar antibodi-antibodi reaksi terhadap otak pada penderita penyakit Alzheimer.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Analisis data pemeriksaan fisik
- B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan :
Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
a. Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu nafas.
b. Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri.
c. Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
d. Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi, pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
- B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
- B3 (Brain)
Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
- B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa pasien sering mengalami inkontinensia urin biasanya dengan penurunan status kognitif dari pasien Alzeimer. Penurunan refleks kandung kemih yang bersifat progresif dan pasien mungkin mengalami inkontinensia urin, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
- B5 (Bowel)
- B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi.
- B6 (Bone)
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik jika melakukan aktivitas.
- Pengkajian Tingkat Kesadaran:
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status kognitif klien.
- Pengkajian fungsi serebral:
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
- Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII :
a. Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi penciuman
b. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai dengan keadaan usia lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami keturunan ketajaman penglihatan
c. Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
d. Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
e. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
f. Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta penurunan aliran darah regional
g. Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan perubahan status kognitif
h. Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
i. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi dan indera pengecapan normal
- Pengkajian sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum. Tonus Otot. Didapatkan meningkat. Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
- Pengkajian Refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
- Pengkajian Sistem sensorik
Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
II. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan diagnosa medis Alzheimer diantaranya :
1. Resiko Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat, perubahan proses pikir
2. Kurang perawatan diri (makan, minum, berpakaian, Hygine) yang berhubungan dalam perubahan proses berfikir
3. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan perubahan proses fikir
4. Perubahan pola eliminasi urin/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar mandi/mengenali kebutuhan
5. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan tonus atau kekuatan otot.
7. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi, dan/atau integrasi.
8. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible
9. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan gangguan sensori, penurunan fungsi fisik.
10. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan menyelesaikan masalah, perubahan intelektual.
11. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan emosi (cepat marah, mudah tersinggung, kurang percaya diri).
12. Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuan untuk mengenali/ mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan.
III. Perencanaan
Sasaran pasien dapat meliputi perbaikan mencapai kemandirian aktifitas kehidupan mencapai eliminasi fecal yang adekuat, mencapai dan mempertahankan kepuasan status nutrisi, pencapaian komunikasi dan pengembangan mekanisme koping.
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan
nutrisi tidak adekuat, perubahan proses piker
| |
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria : mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
| |
Intervensi
|
Rasional
|
1. Evaluasi kemampuan makan klien.
2. Observasi BB jika memungkinkan.
3. Menejemen mencapai kemampuan
menelan.
-Makanaan setengah padat dengan
sedikit air memudahkan untuk
menelan.
-Klien dianjurkan untuk menelan
secara berurutan.
-Klien diajarkan untuk meletakna
makanan diatas lidah menutup bibir
dan gigi serta menelan.
- Klien dianjurkan untuk mengunyah
pertama kali pada satu sisi mulut dan
kemudian kesisi yang lain.
-Masase otot wajah dan leher sebelum.
makan dapat membantu
-Berikan makanan kecil dan lunak.
|
1. Klien mengalami kesulitan dalam
mempertahankan BB mereka. Mulut
mereka kering akibat obat-obatan dan
mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan. Klien berresiko terjadi aspirasi
akibat penurunan refleks batuk
2. Tanda kehilangan BB (7-10%) dan
kekurangan intake nutrisi menunjang
terjadinnya masalah katabolisme,
kandungan glikogen dalam otot dan
kepekaan terhadap pemasangan ventilator
3. Meningkatkan kemampuan klien dalam
menelan dan dapat membantu pemenuhan
nutrisi klien via oral. Tujuan lain adalah
mencegah terjadinya kelelahan,
memudahkan masuknya makanan dan
mencegah gangguan pada lambung
|
2. Kurang perawatan diri (makan, minum, berpakaian, Hygine) yang berhubungan dalam
perubahan proses berfikir
| |
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri
Kriteria : klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kenutuhan merawat diri dan
mengidentifikasi personal/ keluarga yang dapat membantu
| |
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan
dalam melakukan ADL
2. Ajarkan dan dukung klien dalam
melakukan aktivitas
3. Rencanakan tindakan untuk defisit
motorik seperti tempatakan makanan dan
peralatan didekat klien agar mampu
mengambil dengan sendirinya
4. Modifikasi lingkungan
5. Kolaborasi dalam pemberian supositoria
dan pencahar
|
1. Membantu dalam mengantisipasi dan
merencanakan pertemuan kebutuhan
individual
2. Dukungan kepada klien selama aktivitas
sehari-hari dapat meningkatkan perawatan
diri
3. Klien akan mampu melakukan aktivitas
sendiri untuk memenuhi perawatan dirinya
4. Modifikasi lingkungan untuk
mengkonpensasi ketidakmampuan fungsi
5. Pertolongan utama fungsi usus / defekasi
|
3. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan perubahan proses fikir
| |
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam terjadi peningkatan dalam perilaku berkomunikasi yang efektif sesuai dengan kondisi dan keadaan klien
Kriteria : membuat teknik/ metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan
meningkatakn kemampuan komunikasi
| |
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji kemampuan klien untuk
berkomunikasi.
2. Menentukan cara-cara komunikasi seperti mempertahankan kontak mata, menjawab pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas,
bolpoint/pensil, gambar/ papan tulis,
bahasa isyarat ], memperjelas arti dari
komunikasi yang diberikan
3. Buat rekaman pembicaraan kilen.
4. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.
|
1. Gangguan bicara ada pada banyak klien
yang mengalami penyakit Alzeimer. Biicara
mereka yang lemah, monoton, halus
menuntut kesadaran berupaya untuk
bicara dengan lambat, dengan penekanan
perhatian pada apa yang mereka katakan
2. Mempertahankan kontak mata akan
membuat klien tertarik selama komunikasi.
jika klien dapat menggerakkan kepala
mengendipkan mata, atau senang denga
isyarat2 sederhana , lebih baik dengan
pertanyaan ya atau tidak. Kekampuan
menulis, kadang2 melelahkan klien, selain
itu dapat mengakibatkan frustasi dalam
upaya memenuhi kebutuhan komunikasi.
keluarga dapat bekerja sama dalam
memenuhi kebutuhan klien.
3. Rekamlah pembicaraan klien dalam pita
kaset selama periodik, hal ini dibutuhkan
dalam memantau perkembangan klien.
Amplifier kecil membantu apabila klien
mengalami kesulitan mendengar
4. Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu
dalam membentuk peningkatan latihan
percakapan dan memabantu petugas
kesehatan untuk mengembangkan metode
komuniakasi untuk memenuhi kebutuhan
klien
|
Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan
nutrisi tidak adekuat, perubahan proses pikir
| |
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria : mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
| |
Intervensi
|
Rasional
|
1. Mengevaluasi kemampuan makan
klien
2. Mengobservasi BB jika
memungkinkan
3. Menejemen mencapai kemampuan
Menelan
- Makanaan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan
-Menganjurkan Klien untuk menelan secara berurutan
-Mengjarkan Klien untuk meletakan makanan diatas lidah menutup bibir dan gigi serta menelan
-Menganjurkan Klien untuk
mengunyah pertama kali pada satu
sisi mulut dan kemudian kesisi yang lain.
-Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu
-Memberikan makanan kecil dan lunak
|
1. Klien tampak dapat makan dengan
sendirinya
2. BB klien kembali dalam batas normal
3. Klien tampak menelan tanpa kesulitan
|
2. Kurang perawatan diri (makan, minum, berpakaian, Hygine) yang berhubungan dalam perubahan proses berfikir
| |
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri
Kriteria : klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kenutuhan merawat diri dan mengidentifikasi personal/ keluarga yang dapat membantu
| |
Intervensi
|
Rasional
|
1. Mengkaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL
2. Mengajarkan dan mendukung klien dalam
melakukan aktivitas
3. Merencanakan tindakan untuk defisit motorik seperti menempatkan makanan \dan peralatan didekat klien agar mampu mengambil dengan sendirinya
4. Memodifikasi lingkungan
5. Melakukan kolaborasi dalam pemberian
supositoria dan pencahar
|
1. Klien tampak tidak kesulitan melakukan
kegiatan sehari-hari.
2. Klien dapat melakukan aktivitas tanpa
kesulitan
3. Klien mampu melakukan aktivitas motorik dengan sendirinya
4. Klien merasa nyaman dengan lingkungan
yang dimodifikasi
5. Klien dapat buang air besar tanpa kesulitan
|
3. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan perubahan proses fikir
| |
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam terjadi peningkatan dalam perilaku berkomunikasi yang efektif sesuai dengan kondisi dan keadaan klien
Kriteria : membuat teknik/ metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan
meningkatakn kemampuan komunikasi
| |
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji kemampuan klien untuk
berkomunikasi
2. Menentukan cara-cara komunikasi seperti
mempertahankan kontak mata, menjawab
pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas,
bolpoint/pensil, gambar/ papan tulis,
bahasa isyarat ], memperjelas arti dari
komunikasi yang diberikan
3. Buat rekaman pembicaraan kilen
4. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa
|
1. Klien dapat melakukan komunikasi tanpa
kesulitan
2. Klien dapat berkomunikasi dengan orang
lain dengan melakukan kontak mata, dan
menjawab pertanyaan dengan jelas.
3. Klien dapat melakukan komunikasi dengan
baik setelah melakukan terapi dengan ahli
wicara
|
BAB III
PENUTUPAN
I. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan terjadi terutama menyerang orang yang berusia diatas 65 tahun tapi tidak menutup kemungkinan dapat juga menyerang anak-anak, bahkan bayi.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak kehilangan neuron-neuron hipokarpus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak, juga terdapat kekusutan neuro fibrilar. Penyebap pasti penyakit ini belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor predisposisi seperti proses infeksi virus lambat, autoimun, genetik dan trauma.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Alzheimer dilakukan dengan tujuan membantu mengembalikan fungsi kognitif, motorik dan fungsi-fungsi bagian tubuh lain yang mengalami gangguan akibat kelainan neurotransmiternya. Selain itu perhatian terhadap kebutuhan nutrisi juga tetap dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit lain akibat intake nutrisi yang tidak adekuat.
Tags
Artikel Keperawatan