Laporan Pendahuluan DHF (Dengue Haemoragic Fever)


DHF (Dengue Haemoragic Fever) merupakan penyakit yang disebebkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina.
Nyamuk Aedes aegypti bertelur dan berkembangbiak di tempat penampungan air jernih, yaitu bak mandi, tempayan, air drum yang tidak tertutup, tempat minum burung, vas bunga, ban bekas, pot tanaman air, potongan bambu, botol, kaleng dan barang bekas lainnya. Telur-telur itu diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir, ukurannya sekitar 0,7. Setelah 2 hari terendam air, telur-telur itu akan menetas menjadi jentik. Setelah 6-8 hari menjadi jentik, dia akan menjadi kepompong nyamuk dan set5elah 2 hari menjadi pupa ia akan menjadi nyamuk dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu:
1.      Pertumbuhan penduduk yang tinggi
2.      Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
3.      Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis
4.      Peningkatan sarana transportasi
Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai faktor antara lain status imunisasi pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi viru dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat. Incidence rate meningkat dari 0,005/100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27/100.000 penduduk.
Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembababan udara. Pada suhu yang panas (28-32ᵒC) dengan kelembababan yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama setiap tempat maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda.




II.            Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penyakit DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya pembesaran atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang secraa otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) dan renjatan (shok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hematomegali) dan pembesaran limfa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menujukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembasan plasma ke ruang eksrtra seluler hingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intra vena. Oleh karena itu pada penderita DHF angat dianjurkan memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui. Setelah pemberian cairan intra vena peningkatan jumlah trombosit menujukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelum terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian transfgusi guna menambah semua komponen-komponen di dalam darah yang telah hilang.








Pathway
Virus dengue
Viremia


 
Hipertermi
 
                                    Hepatomegali              depresi sumsum tulang                       permeabilitas
                                                                                                                        Kepiler meningkat
Anoreksia, muntah                                     manifestasi perdarahan
Resiko terjadi perdarahan
 
Resiko tinggi gangguan nutrisikurang dari kebutuhan

 
                                                                                                                       
                                                                   Kehilangan plasma
 

                                                                   Hipovolemia               





Resiko shock Hipovolemia
 



 



                                                                            Shock                         Efusi Pluera Ascites
                                                                                Kematian                         Hemokonstrasi

III.            Data focus
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13-15 hari, rata-rata 2-8 hari. Penderita biasanya mengalami:
-          Demam akut / suhu meningkat tiba-tiba (selama 2-7 hari).
-          Sering disertai menggigil
-          Perdarahan pada kulit (petekie,ekimosis, hematoma) serta perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria, dan melana.
-          Keluhan pada saluran pernafasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan.
-          Keluhan pada saluran cerna : mual, muntah, tak nafsu makan, diare, konstipasi.
-          Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi , dan fotofobia, otot – otot sekitar mata sakit bila disentuh.
-          Hepatomegali , splenomegali .

1.      Darah : Leukopenia terjadi pada hari ke-2 atau ke-3, karena berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali. Trombositopenia dan hemokonsentrasi . Uji tourniquet positif merupakan pemeriksaan yang penting. Masa pembekuan normal tapi masa perdarahan memanjang.
2.      Urine : Mungkin ditemukan albuminuria ringan
3.      Sum- sum tulang : Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi.
4.      Selologi : dengan mengukur titer antibodi dengn cara haemaglutination inhibition test (HI Test) atau dengn uji pengikatan komlemen untuk mengetahui tipe virus yang mungkin timbul kembali dari 4 serotipe yang ada.
Pngkajian
1.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan dahulu : Klien pernah menderita penyakit DHF sebelumnya.
b.      Riwayat kesehatan Keluarga : Adanya riwayat anggota keluarga klien pernah menderita DHF.
c.       Riwayat kesehatan sekarang biasanya klien mengeluh, antara lain:
-          Demam akut / suhu meningkat tiba-tiba (selama 2-7 hari).
-          Sering disertai menggigil
-          Perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan malena.
-          Keluhan pada saluran pernafasan: Batuk, pilek, sakit waktu menelan nafas.
-          Keluhan pada saluran cerna : Mual, muntah, tak nafsu makan , diare, konstipasi
-          Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala , nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakri masi dan potofobia, otot – otot sekitar mata sakit bila di sentuh.
d.      Kebutuhan dasar :
-          Respirasi , dapat ditemukan batuk , pilek, sakit waktu menelan
-          Sirkulasi, dapat di temukan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria, dan melana.
-          Eliminasi : prekuensi BAK berkurang, BAB konstipasi atau diare
-          Makanan dan cairan : mual, muntah, tak nafsu makan, diare, konstipasi.
-          Neorosensori , sadar samapai penurunan kesadaran,nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal- pegal pada seluruh tubuh.
-          Kulit, terjadi petekie, ekimosis, hematoma, kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka.
-          Akitifitas dan istirahat , nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal- pegal pada seluruh tubuh.
-          Sistem hematologi , perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan melana.
Pemeriksaan Fisik
-          Muka tampak merah : pembengkakan sekitar mata , konjungtiva hiperemis, lakrimasi dan potofobia : epitaksis : bibir kering , kemungkinana sianosis: perdarahan pada gusi.
-          Pembesaran limfe
-          Nafas cepat, dispenea, takipnea
-          Dapat ditemukan perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan malena
-          Frekuensi BAK berkurang, BAB konstipasi atau diare, hematuria
-          Dapat ditemukan nyeri tekan epigastrium, pembesaran hati, perdarahan dan ulserasi gusi, hematemesis, dan melana
-          Sadar sampai penurunan kesadaran, nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh
-          Dapat di temukan perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma)
Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Laboratorium
-          Leukopenia terjadi pada hari ke 2 atau 3
-          Trombositopenia
-          Hemokonsentrasi : Ht meningkat 20%
-          Masa pembekuan normal tapi masa pendarahan memanjang
-          Kimia darah tampak hiponatremia, hipoproteinemia, peningkatan SGOT , GPT,ureum  darah dan PH darah
-          Urine : mungkin ditemukan albuminuria ringan
-          Volume biasanya <400 ml / 24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria), warna urine keruh, klirenkreatinin mungkin aga menurun, natrium >40 mEg / L karena ginjal tak mampu merabsosi natrium
2.      Sum-sum tulang :
Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke-5 dengn gangguan maturasi.

IV.            ANALISA DATA
NO
Data
Etiologi
Problem
1.
DO.
-          Suhu 38 ᵒC
-          Muka klien terlihat merah

DS.
-          Klien mengatakan tubuhnya terasa panas dan  pusing.

Virus dengue


 
Viremia

Hipertermi

hipertermi
2.
DO.
-          Mual ,muntah
-          nyeri otot abdomen,
-           nyeri ulu hati

DS.
-          Klien mengatakan sering mual, muntah.
-          Klien mengatakan nyeri tekan pada abdomen
-          Klien mengatakan nyeri pada ulu hati.

Virus dengue


 
Viremia

Hipertermi


 
Anoreksia,
  Muntah
 

Resti gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

Resti gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.
DO.
-          Lemes
-          Turgor kulit buruk

DS.
-          Klien mengatakan lemas dan pusing.
Virus dengue


 
Viremia

Depresi sum-sum tulang


 
Manifestasi perdarahan
 

Kehilangan plasma


 
Hipovolemia

Resiko sock hipovolemia

Resiko sock hipovolemia


V.            Diagnosa keperawatan
1.      Hipertermi berhubungan dengan viremia di tandai dengan Suhu 38ᵒ C
2.      Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia di tandai dengan mual ,muntah.
3.      Resiko sock hipovolemia berhubungan dengan menifestasi pendarahan di tandai dengan turgor kulit buruk.

VI.            Rencana Tindakan Keperawatan
NO
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria
Intervensi
Rasional
1.
Hipertermi berhubungan dengan viremia di tandai dengan Suhu 38ᵒ C.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam klien tidak lagi mengalami hipertermi.

Kriteria Hasil:
-          Klien tidak mengalami hipertermi, suhu normal 36-37 ᵒC
-          Kilen mengatakan tubuhnya tidak lagi terasa panas.

-          Monitor suhu



-          Atur lingkungn senyaman mungkin

-          Anjurkan klien menggunakan slimut tipis
-          Kompres menggunakan hangant atau dingin di daerah aksila.
-          Kolaborasi pemberian anti piretik.
-          Untuk membantu perawat untuk menentukan intervensi selanjutnya
-          Membantu dan mengontrol suhu tubuh klien
-          Sirkulasi suhu tubuh klien optimal

-          Untuk menurunkan suhu klien



-          Untuk menurunkan suhu klien.
2.
Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia di tandai dengan mual ,muntah.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan nutrisi pada klien teratasi.

Kriteria Hasil :
-          Tidak Mual ,muntah
-          Tidak nyeri otot abdomen,
-          Tidak nyeri ulu hati.

-          Monitor intek makanan dan cairan
-          Tanyakan pada klien makanan kesukaannya

-          Kolaborasi dengan ahli gizi

-          Untuk menentukan intervensi selanjutnya

-          Untuk membantu perawat memilih makanan

-          Agar nutrisi klien bisa terpenuhi.

3.
Resiko sock hipovolemia berhubungan dengan menifestasi pendarahan di tandai dengan turgor kulit buruk.

Kriteria Hasil:
-          Klien Tidak lagi merasa Lemes
-          Turgor kulit baik

-          Kanji tanda – tanda vital




-          Monitor inteks dan urine output.




-          Kolaborasi cairan IV.
-          Untuk mengetahui seberapa parah gangguan keseimbangan volume cairan.
-          Untuk mengetahui seberapa parah gangguan keseimbangan volume cairan

-          Untuk mengatasi kekurangan cairan.

DAFTAR PUSTAKA

Padila.2013.Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam:Jakarta.Nuha Medika.

Wilkinson judith, Ahern nancy.2009.Buku Saku Diagnisis Keperawatan Edisi 9:Jakarta.Buku Kedokteran EGC.

Irianto koes.2014.Epidemiologi Penyakit Menular Dan Tidak Menular Panduan Klinis:Bandung.ALFABETA.

Setiadi.2012.Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan:Yogyakarta.GRAHA ILMU.





Post a Comment

Previous Post Next Post