Kista ovarium adalah
pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada ovarium yang membentuk seperti
kantong (Agusfarly, 2008). Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong
abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam (indung telur)
ovarium. (Kusuma, 2008). Ovarium
merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang terletak di perut
bagian bawah di kedua sisi rahim. Perempuan memiliki dua ovarium yang
memproduksi telur, serta hormon estrogen dan progesteron. Terkadang, pada
ovarium dapat terbentuk kantung berisi cairan yang disebut dengan kista, bisa
terjadi pada kedua ovarium ataupun salah satu sisi. Sebenarnya sebagian besar
wanita akan memiliki kisat setidaknya satu kista selama hidupnya. Dalam
kebanyakan kasus, kista tidak terasa sakit dan tidak menimbulkan masalah apapun.
Kista adalah kantong
berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapattumbuh di mana saja dan
jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista adalah suatu bentukan yang kurang
lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Soemadi,
2006). Setiap
wanita memiliki dua ovarium yang setiap bulannya akan melepaskan sel telur
secara bergantian. Terkadang kista (kantung kecil berisi cairan) bisa
berkembang di salah satu ovarium. Mungkin Anda pernah mengalaminya tanpa Anda
ketahui. Banyak wanita memiliki kista setidaknya satu kali selama hidupnya.
Namun, umumnya ini tidak menyakitkan dan tidak berbahaya. Bahkan, kista ovarium
ini bisa hilang dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan.
II.
Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi
ada beberapa faktor pemicu yaitu :
a.
Gaya hidup tidak
sehat. Diantaranya :
o Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
o Zat tambahan pada makanan
o Kurang olah raga
o Merokok dan konsumsi alcohol
o Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
o Sering stress
o Zat polutan
b.
Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi
memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu,
misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat
kimia tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi
onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
III.
Manifestasi Klinis
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan
gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan
aktivitas hormon atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan
kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya
sangat bervariasi dan tidak spesifik.
a.
Tanda dan gejala
yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
§ Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
§ Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
§ Nyeri saat bersenggama.
§ Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin
pendarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah
menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
b.
Pada stadium awal
gejalanya dapat berupa:
§ Gangguan haid
§ Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi
atau sering berkemih.
§ Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul
yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
§ Nyeri saat bersenggma
c.
Pada stadium
lanjut :
§ Asites
§ Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ
di dalam rongga perut (usus dan hati)
§ Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
§ Gangguan buang air besar dan kecil.
§ Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada
rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan
penderita sangat merasa sesak nafas.
Bila ditemukan sifat
kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan Doppler
untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang
diagnosis adalah pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta –
HCG dan alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan
diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan
operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat
berbeda dengan kista ovarium biasa.
IV.
Penetalaksanaan
Pengobatan kista ovarium
yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika ukuran
lebar kiste kurang dari 5 cm dantampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada
pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan
aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Perawatan paska operatif
setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan abdomen. penurukan
tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat
dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
V.
Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai
kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium pada wanita
diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan
pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi
diniterhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang
dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan
terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan
metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi,
lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya
kanker ovarium.
VI.
Diagnosa Banding
B.
Pengkajian
I.
Wawancara
a.
Identitas
Klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat,
serta data penanggung jawab
b.
Keluhan klien saat
masuk rumah sakit
Biasanya
klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa didaerah abdomen,
menstruasi yang tidak berhenti-henti.
c.
Riwayat Kesehatan.
d.
Riwayat Kesehatan
Sekarang
Keluhan
yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan
pada daerah perut,menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
e.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya
tidak ada keluhan.
f.
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Kista
ovarium bukan penyakit menular keturunan.
g.
Riwayat Perkawinan
Kawin
tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnyakista ovarium.
h.
Riwayat Kehamilan
dan Persalinan
Dengan
kehamilan dan persalinan tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh tidaknya
suatu kista ovarium.
i.
Riwayat Menstruasi
Klien
dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorrhea.
II.
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi
o Kepala : Rambut rontok, mudah tercabut, warna
rambut.
o Mata : Konjungtiva tampak anemis, icterus
pada sklera.
o Leher : Tampak adanya pembesaran kelenjar
limfe dan bendungan vena jugularis.
o Payudara : Kesimetrisan bentuk, adanya massa.
o Dada : Kesimetrisan, ekspansi dada, tarikan
dinding dada pada inspirasi, frekuensi per-nafasan.
o Perut : Terdapat luka operasi, bentuk, warna
kulit, pelebaran vena-vena abdomen, tampak pembesaran striae.
o Genitalia : Sekret, keputihan, peradangan,
perdarahan, lesi.
o Ekstremitas Oedem,
atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.
b.
Palpasi
o Leher : Pembesaran kelenjar limfe dan
kelenjar submandibularis.
o Ketiak : Pembesaran kelenjar limfe aksiler dan
nyeri tekan.
o Payudara : Teraba massa abnormal, nyeri tekan.
o Abdomen : Teraba massa, ukuran dan konsistensi
massa, nyeri tekan, perabaan hepar, ginjal dan hati.
c.
Perkusi
o Abdomen : Hipertympani, tympani, redup, pekak,
batas-batas hepar.
o Refleks : Fisiologis dan patologis
d.
Auskultasi
o Abdomen meliputi peristaltik usus, bising usus, aorta
abdominalis arteri renalis dan arteri iliaca.
III.
Pemeriksaan
Diagnostik
Tidak jarang tentang penegakan diagnosis tidak dapat
dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan
yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala gejala yang ditemukan dapat
membantu dalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapat membantu dalam pembuatan differensial
diagnosis. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu mnegakan diagnosis
adalah (Bilotta, 20120 :
a.
Laparoskopi
Pemeriksaan
ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium
atau tidak, serta untuk menentukan sifat sifat tumor itu
b.
Ultrasonografi
(USG)
Dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium atau kandung kencing. Apakah tumor kistik atau solid dan
dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.
c.
Foto Rontgen
Pemeriksaan
ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks, selanjutnya pada kista dermoid
kadang kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
d.
Parasistesis
Fungsi
acites berguna untuk menentukan sebab acites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan
tersebut dapat mencemarkan kavum peritonci denga nisi kista bila dinding kista
tertusuk.
IV.
Analisa Data
C.
Diagnosa Keperawatan
I.
Preoperasi
a.
Gangguan rasa
nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan
pada organ ruang abdomen.
b.
Gangguan eliminasi
urinarius, perubahan/retensi berhubungan dengan adanya edema pada jaringan
lokal.
c.
Cemas berhubungan
dengan diagnosis dan rencana pembedahan
II.
Post operasi
a.
Gangguan rasa
nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi
b.
Resiko infeksi
berhubungan dengan tindakan invasif dan pembedahan
c.
Defisit perawatan
diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska pembedahan)
d.
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit (jaringan,
perubahan sirkulasi).
D.
Rencana Asuhan Keperawatan
I.
Pre Operasi
No
|
Perencanaan
|
||
NIC
|
NOC
|
Rasional
|
|
a.
|
Rasa
nyeri klien hilang/ berkurang setelah tinakan keperawatan 2 × 24 jam.
Kriteria
hasil:
♦ Klien tidak mengeluh nyeri / nyeri
berkurang
♦ TTV normal
♦ Menunjukkan nyeri
berkurang/terkontrol
♦ Menunjukkan ekspresi wajah/postur
tubuh rileks
♦ Berpartisipasi dalam aktivitas dan
tidur/istirahat dengan tepat
♦ Skala nyeri 0 dari skala nyeri 0-10
|
♦
Kaji penyebab nyeri
♦
Monitor TTV
♦
Ajarkan tehnik relaksasi
♦
Atur posisi yang nyaman
♦
Kaji skala nyeri
|
♦ Penyebab diketahui sehingga dapat
dengan mudah menentukan intervensi
♦ Perubahan TTV merupakan identifikasi diri
terhadap perkembangan px
♦ Tehnik relaksasi akan membantu
otot-otot berelaksasi sehingg persepsi nyeri akan berkurang
♦ Posisi yang sesuai/nyaman akan mambantu
otot-otot berelaksasi sehingga nyeri berkurang
♦ Skala nyeri menunjukan respon px
terhadap nyeri
|
Gangguan
eliminasi urin dapat berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
kurang selama 2 × 24 jam.
Kriteria
hasil:
♦ Klien dapat mempertahankan atau
memperoleh pola eliminasi yang efektif
♦ Klien ikut serta dalam pengobatan.
♦ Memulai perubahan gaya hidup yang
diperlu
|
♦ Pantau pola penolakan.
♦ Palpasi kandung kemih
♦ Tingkatkan masukan cairan 2000 –
3000 ml/hari (28 tpm - 48 tpm)
♦ Hindari tanda - tanda penolakan
verbal atan nonverbal.
|
♦
Informasi ini sangat penting untuk merncakan perawatan dan
mempengaruhi pilihan intervensi invidu.
♦
Distensi kanung kemih mengindikasi retensi urinarius.
♦
Mempertahankan hidrasi aekuat dan meningkatkan fungsi ginjal.
♦
Ekspresi kekecewaan akan menurunkan rasa percaya diri dan tidak
membantu mensukseskan program.
|
|
Cemas dapat berkurang dan hilang dan
pengetahuan klien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24
jam.
Kriteria hasil:
♦
Klien dapat menuturkan pemahanan kondisi, efek prosedur dan pengobatan
♦
Klien dapat menunjukkan
prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan suatu tindakan
♦
Klien memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta
dalam program perawatan
|
♦ Bina hubungan yang terapeutik dengan
klien.
♦ Kaji dan pantau terus tingkat
kecemasan klien.
♦ Berikan penjelasan tentang semua
permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya.
♦ Libatkan orang terdekat ssesuai
indikasi bila keputusan penting akan dibuat.
|
♦
Hubungan yang terapeutik dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.
♦
Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan
selanjutnya.
♦
Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu
tentang keadaan dirinya.
♦
Menjamin sistem pendukung untuk klien dan memungkinkan orang terdekat
terlibat dengan tepat.
|
II.
Post Operasi
No
|
Perencanaan
|
||
NIC
|
NOC
|
Rasional
|
|
Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berkurang / hilang
setelah tindakan keperawatan 2 × 24 jam.
Kriteria
hasil:
♦ Klien mengatakan tidak pernah nyeri
lagi
♦ Klien tidak tampak meringis lagi
♦ Klien tidak lagi memegangi area
nyeri
♦ Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri) dari
skala nyeri 0 -10
♦ TTV dalam batas normal
♦ Klien tampak rileks
|
♦
Kaji skala nyeri
♦
Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
♦
Observasi TTV
♦
Atur posisi klien senyaman mungkin
♦
Anjurkan tehnik relaksasi
♦
Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri
♦
Ciptakan lingkungan nyaman bagi klien
Kolaborasi:
♦
Berikan analgetik sesuai indikasi
|
♦
Untuk mengetahui tingkat nyeri
♦
Dapat membantu perawat dalam memberikan intervensi berikutnya
♦
Peningkatan Tekanan Darah dan nadi menandakan adanya nyeri
♦
Mengurangi rasa nyeri
♦
Memberikan rasa nyaman pada klien
♦
Agar klien tidak terlalu merasakan nyerinya
♦
Memberikan kenyamanan sehingga
mengurangi nyeri
Kolaborasi:
♦
Analgetik dapat mengurangi nyeri
|
|
Resiko
infeksi pada luka post operasi dapat dicegah setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 × 24 jam.
Kriteria
hasil:
♦ Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan, bengkak, nyeri, panas pada area luka post op
♦ Insisi luka operasi tampak mongering
♦ Suhu tubuh klien dalam batas normal
(36-37,2 C)
|
♦ Kaji tanda-tanda infeksi
♦ Observasi TTV klien
♦ Lakukan perawatan luka dengan tehnik
aseptik dan anti septik
♦ Jaga kebersihan area sekitar luka.
Diskusikan dengan klien dan keluarga klien tentang perawatan luka post
operasi
♦ Tingkatkan istirahat
Kolaborasi:
♦ Beri Antibiotik sesuai indikasi
|
♦ Dapat menentukan intervensi yang
tepat
♦ Mengetahui status kesadaran umum
klien
♦ Meminimalkan masuknya mikro
organisme
♦ Mencegah penyebaran infeksi
♦ Istirahat menurunkan proses metabolisme,
memungkinkan O2 dan nutrien digunakan untuk penyembuhan
Kolaborasi
♦ Anti biotik untuk mematikan mikro
organisme
|
|
Defisit
perawatan diri tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 × 24
jam.
Kriteria
hasil:
♦ Klien dapat mandi sendiri
♦ Klien bebas dari bau
♦ Klien tampak menunjukkan kebersihan
♦ Klien nyaman
|
♦ Kaji defisit perawatan diri klien
♦ Anjurkan keluarga untuk menyeka
klien tiap pagi dan sore hari
♦ Anjurkan keluarga klien untuk
mengganti pakaian klien 2 × sehari
♦ Berikan penjelasan kepada klien dan
keluarga tentang pentingnya kebersihan diri setelah post operasi.
♦ Menyeka klien
♦ Mengganti sprei
|
♦ Untuk menentukan dan mengetahui tingkat
defisit perawatan klien guna memberikan perawatan.
♦ Agar kebersihan diri klien tetap
terjaga
♦ Agar klien merasa nyaman dengan
pakaian yang bersih.
♦ Untuk meningkatkan pengetahuan klien
tentang personal hygene setelah post operasi
♦ Personal hygene terpenuhi
♦ Agar klien merasa nyaman dan bersih.
|
|
Luka
operasi mencapai penyembuhan setelah tindakan keperawatan 2 × 24 jam.
Kriteria
hasil :
♦ Tercapainya penyembuhan luka
♦ Mencegah komplikasi
♦ Tidak timbul jaringan parut
|
♦ Periksa luka secara teratur, catat
karakteristik dan integritas kulit.
♦ Anjurkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka
♦ Secara hati-hati lepaskan perekat
dan pembalut saat mengganti balutan
Kolaborasi
♦ Pemberian antibiotik
|
♦ Mengobservasi adanya kegagalan
proses penyembuhan luka
♦ Mencegah kontaminasi luka
♦ Mengurangi resiko trauma kulit.
♦ Diberikan secara profilaksis atau
untuk mengobati infeksi khusus dan meningkatkan penyembuhan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Tags
Laporan Pendahuluan