Laporan Pendahuluan : Plasenta Previa

Definisi Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus (Sarwono Prawirohardjo. 2007. hal 365). Plasenta previa atau plasenta letak rendah adalah kondisi ketika sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut rahim. ... Apabila tetap berada di bagian bawah rahim atau di dekat serviks, plasenta dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir sang bayi. Plasenta previa adalah perlekatan plasenta atau ari-ari yang berada di bagian bawah rahim sehingga berpotensi menutupi jalan lahir, baik sebagian ataupun keseluruhan. Kondisi ini juga berisiko menimbulkan pendarahan berulang saat hamil terutama mendekati waktu persalinan.
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks. (Helen Varney. 2007. hal 641). Plasenta atau ari – ari berfungsi menyampaikan oksigen dan nutrisi dari ibu kepada janin. Pada kehamilan normal, plasenta menempel pada bagian atas, depan, atau belakang dinding rahim ibu. Plasenta previa adalah suatu kondisi dimana plasenta menempel pada bagian bawah rahim ibu sehingga menutupi sebagian atau keseluruhan jalan lahir. Kondisi ini sering ditemukan pada kehamilan di bawah 20 minggu; sebagian besar mengalami resolusi sehingga hanya 10% diantaranya yang menetap sampai waktu persalinan. Seiring berkembangnya rahim selama kehamilan, plasenta dapat ikut tertarik ke arah atas rahim dan menjauhi jalan lahir. Namun jika plasenta masih menutupi jalan lahir saat kehamilan trimester akhir, ibu berisiko mengalami perdarahan hebat saat persalinan sehingga disarankan melahirkan secara sectio Caesar.
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 4 derajat. Derajat I: plasenta terletak pada bagian bawah rahim namun tidak mencapai jalan lahir. Derajat II: plasenta mencapai tepi jalan lahir namun tidak menutupi jalan lahir. Derajat III: plasenta menutupi sebagian jalan lahir. Derajat IV: plasenta menutupi keseluruhan jalan lahir.

          II.      Etiologi
Mengapa plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi. Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.
(Sarwono Prawirohardjo. 2007. 367).
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan – keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini biasa ditemukan pada :
a.       Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
b.      Mioma uteri.
c.       Kuretasi yang berulang.
d.      Umur lanjut.
e.       Bekas seksio sesarea.
f.        Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakaian kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostiumuteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi plasenta yang besar dari yang luas, seperti pada eritroblastis, diabetes mellitus, atau kehamilan multiple. (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2005. hal 85 – 86).

       III.      Manifestasi Klinis
Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan pervaginam yang terjadi tiba – tiba dan tanpa disertai nyeri. Ini terjadi selama trimester ketiga dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh iritabilitas uterus. Seorang wanita yang tidak sedang bersalin, tetapi mengalami perdarahan pervaginam tanpa nyeri pada trimester ketiga, harus dicurigai mengalami plasenta previa. Malpresentasi (sungsang, letak lintang, kepala tidak menancap) adalah kondisi yang umum ditemukan karena janin terhalang masuk ke segmen bawah rahim.
(Helen Varney. 2007. hal 642).
Gejala – gejala
a.       Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri.
1.      Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh. Hal ini disebabkan oleh :
2.      Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.
3.      Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim. Keterangannya sebagai berikut :
§  Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri; akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim.
§  Pada plasenta previa, tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus uteri. Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan, tetapi sudah jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari dasarnya.
§  Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang – ulang karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru.
§  Darah terutama berasal dari ibu ialah dari ruangan intervilosa, tetapi dapat juga berasal dari anak jika jonjot terputus atau pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka.
4.      Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
5.      Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plsenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah, robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta.
6.      Perdarahan berulang.
7.      Warna perdarahan merah segar
8.      Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
9.      Timbulnya perlahan-lahan.
10.  Waktu terjadinya saat hamil
11.  Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
12.  Denyut jantung janin ada
13.  Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
14.  Presentasi mungkin abnormal.

       IV.      Penetalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Melda (2013) yaitu:
a.        Pada perdarahan pertama, prinsipnya, jika usia kehamilan belum optimal, kehamilan masih dapat dipertahankan karena perdarahan pertama umumnya tidak berat dan dapat berhenti dengan sendirinya. Pasien harus dirawat dengan  istirahat baring total dirumah sakit, dengan persiapan transfuse darah dan operasi sewaktu-waktu. Akan tetapi jika pada perdarahan pertama itu telah dilakukan pemeriksaan dalam/ vaginal touch, kemungkinan besar akan terjadi perdarahan yang lebih berat sehingga harus diterminasi
b.        Cara persalinan
Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan dipilih:
1.      Jenis plasenta previa
2.      Banyaknya perdarahan
3.      KU ibu
4.      Keadaan janin
5.      Pembukaan jalan lahir
6.      Paritas
7.      Fasilitas rumah sakit
Setelah memperhatikan faktor-faktor tersebut, ada 2 pilihan persalinan:
1.      Persalinan pervaginam
a)      amniotomi
Indikasi amniotomi pada plasenta previa:
§  plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan
§  pada primigravida dengan plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4 cm
§  plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal
b)      Keuntungan amniotomi
§  bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti
§  partus berlangsung lebih cepat
§  bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.
2.      Persalinan perabdominal dengan SC
 Indikasi SC pada plasenta previa yaitu:
a)      semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal
b)      semua plasenta lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol
c)      semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dan plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang

          V.      Komplikasi
1.      Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan,anemia karena perdarahan, plasentitis, endometritis pascasalin.
2.      Pada Janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti asfiksia berat.
3.      Plasenta akreta. Pada kondisi ini, plasenta implantasi terlalu dalam dan kuat pada dinding uterin, yang menyebabkan sulitnya plasenta terlepas secara spontan plasenta saat melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan perlu operasi histerektomi. Keadaan ini jarang, tetapi sangat khas mempengaruhi wanita dengan plasenta previa atau wanita dengan sesar sebelumnya atau operasi uterus lainnya.
4.      Bahaya untuk ibu pada plasenta previa, yaitu :
a.       Syok hipovolemik
b.      Infeksi – sepsis
c.       Emboli udara ( jarang )
d.      Kelainan Koagulopati sampai syok
e.       Kematian
5.      Bahaya untuk anak, yaitu :
a.       Hipoksia
b.      Anemi
c.       Gawat janin

       VI.      Diagnosa Banding





2.      Pengkajian
1.      Data Subjektif
a.       Identitas
§  Umur : - Plasenta Previa paling banyak terjadi pada wanita hamil usia lebih dari 35 tahun.
§  Frekuensi Plasenta Previa pada primigravida yang berusia lebih dari 35 tahun kira – kira 10 kali lebih sering dibanding primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun.
§  Pada Grandemulti yang berumur lebih dari 35 tahun kira – kira 4 kali lebih sering di banding dengan grandemulti yang berusia kurang dari 25 tahun.
b.      Gejala :
§  Perdarahan bersifat berulang
§  Tanpa rasa nyeri ,darah merah segar
§  Perdarahan hanya bercak / ringan dan berhenti secara spontan,terjadi setelah usia kehamilan 22 minggu.
§  Perdarahan biasanya terjadi saat bangun tidur.
§  Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berberda dengan abortus.
c.       Riwayat Kesehatan :
§  Plasenta Previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan luas , seperti pada eritroblastocis, Diabetus Melitus atau Kehamilan Multipel.
d.      Perilaku Kesehatan :
§  Dapat terjadi pada perokok berat ( lebih dari 20 batang perhari )
2.      Data Objektif
a.       Pemeriksaan Fisik
1)     Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
2)     Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
3)     Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
4)     Leher
5)     Buah dada / payudara
§  Peningkatan pigmentasi areola putting susu
§  Bertambahnya ukuran dan noduler
6)     Jantung dan paru
§  Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.

7)     Abdomen
§  Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
8)     Vagina
§  Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick), Hipertropi epithelium
9)     Sistem musculoskeletal
§  Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung, Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
b.      Khusus
1)      Tinggi fundus uteri
2)      Posisi dan persentasi janin
3)      Panggul dan janin lahir
4)      Denyut jantung janin
              I.      Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan Ultasonografi ( USG )
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi palsenta terhadap ostium
2.      Bila tidak dijumpai plasenta previa, lakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain ( serviks, fornik, atau dinding vagina ).
3.      USG: Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri.
4.      Pemeriksaan darah : Hemoglobin dan hematokrit
           II.      Analisa Data

3.      Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
b.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
c.       Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

4.      Rencana Asuhan Keperawatan
                   I.            Pre Operasi
No
Perencanaan
NIC
NOC
Rasional
a.
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
·         Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
§  2.      Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
§  Kaji penyebab nyeri
§  Kaji tingkat nyeri
§  Bantu dan ajarkan distraksi relaksasi
§  Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan)
§  Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
§  Libatkan suami dan keluarga.
§  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
§  Dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap tindakan
§  Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
§  Dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.
§  Posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
§  Memberi dukungan mental.
§  Pemberian analgesik dapat membantu gurangi nyeri yang dirasakan

Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
Kriteria hasil    :
§  Conjunctiva tidak anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak pucat, tidak lemas.
§  Bina hubungan saling percaya dengan pasien
§  Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
§  Monitor tanda-tanda vital
§  Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
§  Catat intake dan output
§  Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
§  Pasien percaya tindakan yang dilakukan
§  Pasien paham tentang kondisi yang dialami
§  Tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan gangguan sirkulasi darah.
§  Mengantisipasi terjadinya syok
§  Produksi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan fungsi ginjal.
§  Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan. Rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.

Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
·         TTV dalam keadaan normal
·         Perdarahan berkurang sampai dengan berhenti
§  Kulit tidak pucat
§  Kaji kondisi status hemodinamika
§  Ukur pengeluaran harian
§  Catat haluaran dan pemasukan
§  Observasi Nadi dan Tensi
§  Berikan diet halus
§  Nilai hasil lab. HB/HT
§  Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
§  Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
§  Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
§  Mengetahui penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.
§  Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
§  Memudahkan penyerapan diet
§  Menghindari perdarahan spontan karena  proliferasi sel darah merah.
§  Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif





DAFTAR PUSTAKA

FKUI. (2007).Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius
Ladewig, Patricia W. (2006). Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi BAru Lahir,Ed.5.Jakarta :EGC
Prawiroharjo,Sarwono.(2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
Stright,Barbara R. (2008). Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir.E / 5.Jakarta : EGC


Varney,Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan,Ed.4 Vol.1.Jakarta : EGC






Post a Comment

Previous Post Next Post